JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA TIMUR

Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan tempat pelayanan kesehatan 24 jam dimana pasien datang tiba-tiba dan tak terduga ketika mengalami peristiwa traumatik, penyakit akut, kronis maupun kondisi yang mengancam nyawa. Keluarga yang mengantar pasien ke IGD memiliki harapan besar akan kesembuhan pasien, namum terkadang yang terjadi justru kehilangan orang yang dicintai. Situasi IGD yang penuh dengan kesibukan, ruangan sempit dengan banyak pasien serta kurangnya waktu untuk berkomunikasi dengan tim medis menjadi hambatan tersendiri bagi keluarga selama proses end of life (EOL) sehingga sulit tercapai kematian yang diharapkan yaitu die with dignity.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang mendalam terkait pengalaman keluarga mendampingi pasien selama proses EOL di IGD. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan partisipan sebanyak 7 orang keluarga inti yang mendampingi pasien selama proses EOL di IGD. Pengumpulan data dengan teknik in-depth-interview selama 60 menit dan analisa data menggunakan metode Colaizzy.
Didapatkan 5 tema pada penelitian ini yaitu Dilema dalam memutuskan penghentian bantuan hidup, ketakutan ditinggalkan orang tercinta, menuntun orang yang dicintai berdoa, hidup mati Allah yang mengatur, Perasaan tidak puas terhadap pelayanan.
Penelitian ini memberikan gambaran mendalam bagaimana pengalaman yang dirasakan keluarga setelah mendampingi pasien selama proses EOL di IGD. New insight penelitian ini yaitu perasaan tidak puas terhadap pelayanan akibat diabaikan dan dibedakan karena penampilan pasien dan menuntun orang yang dicintai berdoa sehingga keluarga merasa bersyukur dengan kematian pasien yang khusnul khotimah. Saran bagi perawat agar dapat meningkatkan komunikasi efektif serta mendampingi keluarga selama proses berduka. Disarankan agar RS membentuk suatu model pelayanan terintegrasi dan SOP untuk penanganan pasien EOL di IGD.

Keywords:
End Of Life; Instalasi Gawat Darurat;, Keluarga Mendampingi Pasien; Pengalaman Keluarga.