Modul Penanggulangan DBD oleh Tim Jumantik SD

Ningsih, Tina Amnah and Assagaff, Farha (2023) Modul Penanggulangan DBD oleh Tim Jumantik SD. Kemenkumham.

[thumbnail of Modul Penanggulangan DBD oleh Tim Jumantik SD] Text (Modul Penanggulangan DBD oleh Tim Jumantik SD)
Br_HAKI_Repository - Farha Assagaff.pdf - Published Version

Download (10MB)

Abstract

Penyakit yang ditularkan melalui vektor hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian cukup tinggi. Menurut
Astuti (2017) sekitar 70% penyakit infeksius disebabkan oleh nyamuk seperti malaria, demam berdarah, zika, filaria, dan lainnya. Sementara itu, sebagian kecil penyakit lainnya
dibawa oleh hewan arthropoda dari kelas arcarina seperti tungau, kutu, dan caplak. Hewan-hewan itu sebagai agen yang membawa bakteri maupun virus ke tubuh manusia.
Perubahan iklim dan pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan meningkatnya insidensi penyakit tropis. Peningkatan suhu udara dunia berperan dalam
penyebaran penyakit tropis dan vektor penyakit. Beberapa penyakit tropis yang dimaksud, antara lain, diare yang disebabkan rotavirus, kaki gajah (filaria), lepra, DBD, malaria, flu, TBC, hepatitis, dan penyakit jamur. Dikatakan Tholib (2010) TBC merupakan penyakit tropis yang masih tinggi angka kejadiannya di dalam negeri, bahkan merupakan tertinggi ketiga di dunia.
Selain TBC, penyakit tropis lainnya, seperti DBD, masih menjadi ancaman kematian. Ditambah lagi, dalam kurun 50 tahun terakhir belum juga ditemukan vaksinnya.
Situasi perkembangan penyakit tropis di Indonesia sepanjang tahun 2016 masih ditandai dengan jumlah kasus dan penderita yang tinggi, di antaranya penyakit malaria yang menjadi
endemik di 52% kabupaten/kota di Indonesia, serta DBD yang memiliki jumlah penderita sebanyak 202.314 orang. Berbagai macam penyakit tropis, seperti malaria, demam
berdarah, serta TBC masih menjadi masalah kesehatan nasional di Indonesia. Meski penyakit-penyakit ini memang lazim terjadi di daerah tropis dan subtropis, namun prevalensi penyakit ini di Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini menuntut upaya penanganan cepat dari berbagai kalangan, baik praktisi kesehatan, kalangan akademisi, pihak swasta, maupun
masyarakat. Dinas Kesehatan Provinsi Maluku mencatat, sepanjang bulan Januari 2019, sebanyak 50 pasien menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Maluku karena terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kepala Dinas Kesehatan
Provinasi Maluku menjelaskan kasus DBD terbanyak di Kota Ambon, yakni 27 kasus. Selanjutnya di Kabupaten Kepulauan Aru 12 kasus, Buru Selatan 5 kasus, Maluku Tengah 4 kasus, dan Seram Bagian Timur dan Kabupaten Buru masing-masing satu kasus (Patty, 2019). Dalam dialog Tamu Sahabat di Programa Dua RRI Ambon, Ramun Waliulu selaku Staf Bidang Pengelola Program Surveilans (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Maluku mengaku, bila dipilahkan sesuai usia, dari jumlah tersebut kasus DBD di dominasi usia 15 tahun ke bawa dengan persentase 88 % sementara usia 15 tahun ke atas sebanyak 12 %. Untuk jenis kelamin, kasus DBD di Maluku didoniminasi oleh laki-laki dengan persentase sebesar 42 % dan perempuan 32 % (Autana, 2019). Demam berdarah dengue ialah penyakit disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Untuk mengendalikan vektor dilakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sehingga dapat dicapai angka bebas jentik ≥ 95%. Berdasarkan hasil penelitian Sanduan (2018) menunjukkan bahwa dari 361 rumah di Desa Asilulu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Angka Bebas jentik Nyamuk Aedes aegypti adalah 61%, house indeks adalah 39% dan container index adalah 28% yang menunjukkan bahwa kondisi di Desa Assilulu belum memenuhi syarat karena ABJ yang masih sangat rendah

Item Type: Other
Subjects: R Medicine > RZ Other systems of medicine
Depositing User: Unnamed user with email admin@poltekkes-maluku.ac.id
Date Deposited: 19 Jan 2023 05:59
Last Modified: 19 Jan 2023 05:59
URI: http://repo.poltekkes-maluku.ac.id/id/eprint/160

Actions (login required)

View Item
View Item